Selasa, 29 Juli 2014

Hobi: Kisah-Kisah Holmes yang Asyik

Sherlock Holmes dan Dokter Watson


Sudah empat buah buku Sherlock Holmes yang pernah Saya baca; Anjing Setan (terjemahan: Hound of Baskerville), Kumpulan Kasus Sherlock Homes, Petualang Sherlock Holmes, dan Perebutan Harta Berdarah. Yang menarik selain kisah kriminal yang membuat “berdansa” logika dan pemikiran dalam sekali-dua kali pada awal baca, adalah mengenai kehadiran wanita-wanita disekeliling petualang Holmes dan Dr. Watson. Dari semua buku yang Saya baca, selalu saja ada wanita yang terlibat dalam setiap kejadian kriminal, entah terlibat secara langsung ataupun tidak secara tidak langsung. Beberapa yang Saya ingat adalah mengenai keluarga Stapleton dalam kisah “Anjing Setan”, pasangan suami-istri Stapleton berusaha membunuh Henry Baskerville, seorang hartawan dari daerah rawa-rawa untuk merebut harta warisan keluarga dengan memanfaatkan mitos anjing setan dari neraka yang selalu menghantui keluarga tersebut. Mrs. Stapleton dalam keadaan terpaksa akhirnya membantu suaminya melakukan perencanaan pembunuhan, meskipun dalam beberapa kesempatan ia mencoba memperingatkan Henry Baskerville. Selain itu dalam kisah ini ada seorang lagi wanita yang menjadi plot cerita bernama Mrs. Lyon, ia adalah putri dari Mr. Frankland seorang tua eksentrik terhadap hukum Inggris yang membuatnya  terkadang menjadi “pembela” dan “musuh” masyarakat. Mrs. Lyon sebelumnya secara tidak langsung dan tidak sengaja telah terlibat dalam pembunuhan Sir Charles Baskerville (Paman dari Henry Baskerville) dengan mengikuti kemauan Stapleton yang sejatinya adalah seseorang dengan marga Baskerville juga.

Sherlock Holmes dan Dr. Watson adalah pengagum kecantikan wanita, namun bukan seperti yang ditampilkan dalam film-film James Bond yang melihat wanita dari keseksiannya dan “tempat berkembang biak” saja. Kenapa Saya membedakan kedua tokoh ini, antara Holmes dan Bond? Karena mereka detektif dan sama-sama berasal dari Inggris, apple to apple. Lebih mudah menilainya. Dr. Watson dan Holmes adalah dua orang pengagum fisik seorang wanita, selain daripada itu mereka juga mengagumi kecerdasan otak seorang wanita. Para pembaca buku-buku karya Sir Arthur Conan Doyle ini pasti sangat familiar dengan nama Irene Adler, seorang wanita yang dikagumi seorang pemikir logis seperti Holmes yang terkadang memandang wilayah romantisme sebagai pengganggu dan aspek penurunan daya logisnya terhadap suatu kasus. Irene Adler digambarkan sebagai wanita cantik, kaya raya, berbakat teater, bersuara sopran dan mempunyai banyak pengagum, sebuah gambaran wanita yang sempurna di dunia ini.


Arthur Conan Doyle


Sir Arthur Conan Doyle sepertinya menggambarkan dua tokoh ini dengan penghormatan yang lebih terhadap wanita yang memang wajib hadir sebagai bumbu penyedap dalam sebuah kisah (khususnya detektif) agar lebih menarik untuk dibaca. Holmes dan Watson sering mengagumi indahnya fisik seorang wanita, dalam setiap kisah yang telah diceritakannya tidak pernah ada seorang wanita yang tidak cantik menurut pandangan Holmes dan Watson, tidak pernah sekalipun dari keempat buku yang telah saya jabarkan diatas menggambarkan wanita dengan fisik yang buruk rupa, bahkan pada kisah “penyewa kamar yang berkerudung” yang menceritakan seorang wanita istri pemilik sirkus yang rusak wajahnya dikarenakan diserang oleh singa peliharaannya sendiri pun sebelumnya adalah seorang wanita yang cantik, dan karena jalan hidupnyalah yang mengakibatkan Ia menjadi seorang pemain sirkus pada usia belia, menikah dengan pemimpin sirkus yang berwajah dan berkelakuan buruk, sehingga Ia dengan Leonardo (pemain sirkus lain yang mempunyai hubungan dengan wanita itu) merencanakan pembunuhan terhadap suaminya dengan tongkat pemukul berbentuk cakar, untuk menggiring opini penyelidik bahwa pembunuh sebenarnya adalah seekor singa. Namun sayang, ketika Leonardo telah membunuh pemimpin sirkus itu dengan menghantamkan tongkatnya, singa yang telah dikeluarkan dari kandang itu malah menyerang istri pemilik sirkus dan merusak wajahnya yang cantik, sedangkan Leonardo sendiri lari ketakutan. Sang istri pemilik sirkus itupun akhirnya harus menerima takdirnya mendapat wajah yang hancur selama hidupnya dan harus mengurung dirinya di kamar dengan kerudung penutup wajahnya. Holmes yang biasanya logis, cuek, dan hidup apa-adanya (bohemia) pun menunjukkan empatinya terhadap wanita itu dengan menguatkannya.

Holmes dan Watson mungkin “hanya” sebuah tokoh fiksi, namun tak perlu malu kita merasa kagum dengan kedua tokoh ini, meskipun banyak pula sifat-sifat jelek dari mereka. Contohnya saja Dr. Watson yang digambarkan mantan dokter perang Afgan yang membuka prakteknya sendiri, seorang pria terhormat di masyarakat, namun menyukai perjudian dan taruhan. Pun, Holmes dengan daya logisnya yang ajaib itu, seperti mengumpulkan puzzle-puzzle yang terserak dalam suatu kasus, menyusunnya kembali, dan mereview kejadian awal-akhir dari suatu kasus, terkadang juga menjadi sangat penutup dan beberapa kali membahayakan dan mengagetkan pembantu-pembantu terdekatnya. Konon, Holmes tokoh utama dalam kisah-kisah Sir Arthur Conan Doyle ini adalah salah satu pengajar dari Sir Arthur ketika ia masih menimba ilmu kedokteran di Universitas Edinburgh.

Poster Film Rocky IV 
yang menggambarkan nasionalisme USA (1985)


Janganlah kita malu untuk mengakui kekaguman kita pada seseorang meski orang tersebut hanyalah tokoh fiksi semata, mungkin kita dapat kagum dengan proses berfikir Holmes, ataupun kesetiakawanan seorang Watson sehingga kita dapat memperoleh suatu inspirasi yang baru. Atau kita kagum terhadap pandangan keduanya terhadap wanita dengan tidak menyepelekannya dan menjadikan wanita sebagai “tempat berkembang biak” saja, namun dengan kriteria lain, kesempurnaan fisik dan kedewasaan pemikiran dalam lingkup profesional penyelidikan sebuah kasus. Tidak ada salahnya juga toh? Negara besar seperti Amerika Serikat juga terkagum-kagum dan tergila-gila pada sosok Rocky Balboa, seorang petinju dengan perjuangan dari bawah menuju puncak. Tokoh fiksi ini adalah karangan Silvester Stallone, namun sekarang dapat kita liat patungnya di daerah Philadelphia. Mungkin, warga Philadelphia mengenang Rocky dari kisah perjuangan hidupnya dalam film ataupun rasa nasionalisme terhadap Amerika dan mendapat inspirasi dari dua hal tersebut sehingga Rocky patut dikenang.

Saya pernah juga mendapat buku berjudul "Al Qandas Al Kamiil, Kegagalan yang Sempurna" dari seorang teman. Buku ini menceritakan penulis yang berguru dari seorang Chow Yun Fat dan Dragon Ball :) dalam menyingkapi kegagalan dan cobaan hidup. Meskipun contoh yang real pun ada juga; Abraham Lincoln dan Thomas Alfa Edison. Tetapi jika ada hal baik yang bisa dimanfaatkan dalam hidup, usaha keras dalam mengejar sebuah pencapaian, dan pembelajaran dalam menyikapi kegagalan, Saya pikir seorang Holmes-Watson, Chow Yun fat, dan bahkan Sun Goku Dragon Ball pun layak untuk dikenang.