Kemarin dulu, Saya
diberi sepatu oleh Bapak untuk mengganti sepatu putih kesayangan Saya bermerek
Filativa yang sudah uzur tapi semakin nyaman dipakai jalan-jalan. Sepatu
penggantinya berjenis sepatu olahraga dengan merek New Balance (Wihii......
apanya power balance yaa).
Sepatu ini diberi
oleh kantor Bapak untuk digunakan olahraga setiap Jumat, nah pas itu Bapak juga
sudah beli sepatu Reebook pilihannya sendiri. Jadinya Saya yang ketiban durian
runtuh, ujug-ujug gak ada hujan gak ada angin dapat sepatu olahraga baru. Alhamdulilah
toh. Pertama-tama dilihat adalah mereknya yang kurang familiar di masyarakat. Atau
Saya saja ndeso sehingga jarang dengar sepatu merek New Balance ini,
kalau Nike atau Reebook itu kan familiar atau merek Puma kan sedikit-sedikit
tahu. But What’s New Balance?
Liat-liat di
internet ternyata merek sepatu ini berasal dari Boston dan termasuk jenis
sepatu olahraga khususnya untuk atletik. Sip-sip, enak buat lari-lari dong
(jadi ingat Boston Marathon). Kata wikipedia bahasa inggris, merek sepatu ini
juga menyeponsori klub olahraga Meulbourne di Australia sana. Wah-wah mungkin merek
sepatu ini lumayan tenar di Amerika dan Australia, tak tahu juga Saya. Dan
katanya dalam sepatu New Balance ini si produsen akan membentuk budaya baru dan
murni yang dinamakan dengan budaya kaum muda. Wihhiiii berarti teman Saya si
Anton (Anton Widyanto) gak boleh pake sepatu ini dong, kan bukan termasuk youth dia. Hwkwwkwk.
Dilihat-lihat di
dalam sepatu ada tulisan fabrique in
Vietnam. Hebat, sepatu ini ternyata buatan negeri marga nguyen tapi sayangnya agak kasar finishingnya apalagi jahitan di sisi-sisi atas sampai kelihatan busanya.
Namun secara keseluruhan masih keren kok
dengan warna biru metalik dicampur dengan abu-abu. Solnya juga tebel dan keset ketika menapak, yah pokoknya bagus
dan nyaman kalau dipakai. Dikasih lagi, Alhamduliah banget jadinya.
Tapi sepatu ini
termasuk jarang Saya pakai, dulu pernah sekali atau dua kali Saya pakai buat
jalan-jalan sehabis itu dicuci, terus dimasukkan ke kardus lalu disimpan sampai
sekarang. Kalau buat jalan-jalan atau main-main, Saya masih senang dengan
sepatu lama Saya si Filativa putih yang nyaman meskipun sudah berumur 4 tahunan.
Sepatu sepantaran dengan Filativa
putih adalah Filativa hitam-putih punya Siska (Siska Dyah) adik Saya yang sudah
dibuang, Siska sendiri juga kemproh
memakainya sehingga sepatunya tidak awet. Salah sendiri dong bukan salah
sepatunya. Tapi kalau Saya mau jalan-jalan touring
atau main-main yang agak jauh dengan motor, Saya selalu memakai sepatu kulit
hitam tampang koboy tanpa tali-temali. Untuk sepatu ini nantilah Saya buat
artikel sendiri. Pokoknya kereeen deh, sampai-sampai kalau Saya ke daerah Si
Eneng Fita yang masih ijo royo-royo dengan
memakai sepatu koboy ini, berasa seperti juragan sapi yang untung gede karena
menjual sebagian besar sapi-sapinya. Haha 4l4Y!!.
Always tune @ bobbyykzir.blogspot.com J