Menarik menilik ucapan seorang Heraklius
yang juga digunakan oleh Tatiana Lukman (putri dari M.H Lukman) untuk memberi judul pada bukunya (sejarah
+ otobiografi). Panta Rhei. Berarti terus mengalir.
Memang hidup akan selalu mengalir seperti air,
analogi yang sering digunakan, sangat umum untuk menggambarkan hidup. Seperti
air yang mengalir. Meskipun terkadang memang lebih mudah untuk mengatakannya
bahkan meng-analogi-kan-nya dibandingkan dengan men-jalan-kan-nya.
Guru
besar kehidupan, sang Budha dan Zen (salah satu aliran dalam agama Budha) lebih
menyukai mendekati hidup sebagai ketidak-tetapan, segala sesuatunya terus
berjalan, suka-duka dilihat sebagai hal yang sama, keduanya akan dirasakan,
keduanya pun akan terus berlalu. Jika dirasakan sama pulalah hal tersebut,
sama-sama mengalir, suatu ketika akan bertemu namun jangan terkejut bila suatu
ketika akan berlalu juga. Saya pribadi adalah umat Muhammad (Islam), namun Saya
menggemari ‘pelajaran-pelajaran tambahan’ ini karena saya merasa ilmu akan
terus berkembang, sebab itulah saya juga sangat menggemari buku-buku Budha,
buku Mahabaratha (kisah-kisah kepahlawanan dari Hindu), dan tak jarang injil
yang berisi kisah hidup Nabi Isa (Yesus Kristus ) pun saya ‘lahap’ di waktu-waktu senggang saya. Kenyang-kenyang
deh.
Oke, kembali ke topik utama, analogi
mengenai kehidupan serupa air yang terus mengalir dan ke tidak-tetap-an itulah
yang menjadikan orang menjadi menikmati kehidupannya. Bagaimana tidak menikmati?
Random Access Memory (RAM) yang berfungsi untuk menyelesaikan ‘tugas-tugas’
yang terjadi dalam kehidupan di otak
tidak dipenuhi dengan proses-proses aneh-aneh yang terkadang sampai membuat
hang. cukup dijalani dengan pemikiran secukupnya mengenai masalah-masalah yang
dihadapi, wong nantinya semua juga berlalu.
Saya ingat di salah satu buku Ajahn Bram
pernah bertutur mengenai arti sebuah ‘penjara’ dalam kehidupan. Penjara menurut
beliau bukanlah berbentuk sebuah bangunan berjeruji melainkan ketika seseorang
dan pemikirannya TIDAK MAU menjalankan hal-hal yang sebenarnya harus dijalankan
dan aliran kehidupan pun memaksa demikian. Ketika seseorang dan pemikirannya
MAU menjalankan hal-hal yang harus dijalankan dan aliran kehidupannya memaksa
demikian, ketika itulah ‘penjara pikiran’ akan hancur dengan sendirinya. Orang
tersebut akan enjoy menjalankan aliran kehidupannya sepahit maupun sesenang
apapun.
Senang menjalani ‘kehidupan yang senang’
mungkin sangat-amat umum dan mudah untuk dijalankan, namun tetap senang dan
enjoy menjalani kehidupan yang pahit inilah yang harus dihargai. Ajahn Brahm
sendiri berkata dalam bukunya masih dalam tahap belajar dalam hal ‘akrobatik
pikiran’ ini, seorang guru pun memerlukan belajar! Memang benar sebuah kalimat
‘mulai belajar ketika keluar dari liang kelahiran ibu dan akan berhenti belajar
dan memahami ketika masuk liang kubur’.
Menarik kembali ketika melihat tokoh-tokoh
yang berkata panta rhei ini. Heraklius adalah salah seorang filsuf, seorang
pemikir dan pencari makna dalam kehidupan ini. Tatiana Lukman adalah seorang
marxist, berasal dari keluarga Komunis (atau sosialis-yang menurut beliau
adalah sebuah degradasi dari kata ‘komunis’ untuk keamanan dirinya dan
keluarganya pada era Orba). Sedangkan Budha, seorang guru sebenarnya yang
memang patut di-gugu dan di-tiru dengan pemikiran dan pemahaman hidup yang
sempurna. Seorang dengan latar belakang pangeran yang berkomitmen untuk mencari
jawaban hidup bagi kebahagiaan umat manusia. Ketiga tokoh yang saya sebut
diatas dengan perbedaan latar belakang kalau boleh dikatakan demikian dan perbedaaan
garis waktu kemunculan yang panjang. Heraklius seorang filsuf pada era yunani era yang jauh sebelum zaman Raissenance Eropa, Tatiana seorang Marxist dengan pola pikir materialis
(minimal dari keluarga ayahnya), Budha seorang pencari jawaban mengenai
kehidupan sama-sama berkesimpulan. Panta Rhei.
Heraklius berkata Panta Rhei berarti biarkan hidup
akan terus mengalir, Tatiana mengatakan Panta Rhei laksana sungai Digul (tempat
ayah dan kakek beliau dipenjara) yang tak jemu-jemu mengalir, mengikuti
‘jalannya’ sampai ke muara-laut, dan Budha berkata pula mengenai
ketidak-tetapan, suka-duka datang silih berganti dan tugas kitalah untuk
menikmatinya.
Dan saya pun akan berkata “PANTA RHEI”.
Biarkan ‘dia’ terus mengalir.
BOBBYFITRY
Tidak ada komentar:
Posting Komentar