Minggu, 22 Februari 2015

PANTA RHEI




Menarik menilik ucapan seorang Heraklius yang juga digunakan oleh Tatiana Lukman (putri dari M.H  Lukman) untuk memberi judul pada bukunya (sejarah + otobiografi). Panta Rhei. Berarti terus mengalir.

 Memang hidup akan selalu mengalir seperti air, analogi yang sering digunakan, sangat umum untuk menggambarkan hidup. Seperti air yang mengalir. Meskipun terkadang memang lebih mudah untuk mengatakannya bahkan meng-analogi-kan-nya dibandingkan dengan men-jalan-kan-nya.

Guru besar kehidupan, sang Budha dan Zen (salah satu aliran dalam agama Budha) lebih menyukai mendekati hidup sebagai ketidak-tetapan, segala sesuatunya terus berjalan, suka-duka dilihat sebagai hal yang sama, keduanya akan dirasakan, keduanya pun akan terus berlalu. Jika dirasakan sama pulalah hal tersebut, sama-sama mengalir, suatu ketika akan bertemu namun jangan terkejut bila suatu ketika akan berlalu juga. Saya pribadi adalah umat Muhammad (Islam), namun Saya menggemari ‘pelajaran-pelajaran tambahan’ ini karena saya merasa ilmu akan terus berkembang, sebab itulah saya juga sangat menggemari buku-buku Budha, buku Mahabaratha (kisah-kisah kepahlawanan dari Hindu), dan tak jarang injil yang berisi kisah hidup Nabi Isa (Yesus Kristus ) pun saya ‘lahap’ di waktu-waktu senggang saya. Kenyang-kenyang deh.


Oke, kembali ke topik utama, analogi mengenai kehidupan serupa air yang terus mengalir dan ke tidak-tetap-an itulah yang menjadikan orang menjadi menikmati kehidupannya. Bagaimana tidak menikmati? Random Access Memory (RAM) yang berfungsi untuk menyelesaikan ‘tugas-tugas’ yang terjadi dalam kehidupan  di otak tidak dipenuhi dengan proses-proses aneh-aneh yang terkadang sampai membuat hang. cukup dijalani dengan pemikiran secukupnya mengenai masalah-masalah yang dihadapi, wong nantinya semua juga berlalu. 

Saya ingat di salah satu buku Ajahn Bram pernah bertutur mengenai arti sebuah ‘penjara’ dalam kehidupan. Penjara menurut beliau bukanlah berbentuk sebuah bangunan berjeruji melainkan ketika seseorang dan pemikirannya TIDAK MAU menjalankan hal-hal yang sebenarnya harus dijalankan dan aliran kehidupan pun memaksa demikian. Ketika seseorang dan pemikirannya MAU menjalankan hal-hal yang harus dijalankan dan aliran kehidupannya memaksa demikian, ketika itulah ‘penjara pikiran’ akan hancur dengan sendirinya. Orang tersebut akan enjoy menjalankan aliran kehidupannya sepahit maupun sesenang apapun.
Senang menjalani ‘kehidupan yang senang’ mungkin sangat-amat umum dan mudah untuk dijalankan, namun tetap senang dan enjoy menjalani kehidupan yang pahit inilah yang harus dihargai. Ajahn Brahm sendiri berkata dalam bukunya masih dalam tahap belajar dalam hal ‘akrobatik pikiran’ ini, seorang guru pun memerlukan belajar! Memang benar sebuah kalimat ‘mulai belajar ketika keluar dari liang kelahiran ibu dan akan berhenti belajar dan memahami ketika masuk liang kubur’.

Menarik kembali ketika melihat tokoh-tokoh yang berkata panta rhei ini. Heraklius adalah salah seorang filsuf, seorang pemikir dan pencari makna dalam kehidupan ini. Tatiana Lukman adalah seorang marxist, berasal dari keluarga Komunis (atau sosialis-yang menurut beliau adalah sebuah degradasi dari kata ‘komunis’ untuk keamanan dirinya dan keluarganya pada era Orba). Sedangkan Budha, seorang guru sebenarnya yang memang patut di-gugu dan di-tiru dengan pemikiran dan pemahaman hidup yang sempurna. Seorang dengan latar belakang pangeran yang berkomitmen untuk mencari jawaban hidup bagi kebahagiaan umat manusia. Ketiga tokoh yang saya sebut diatas dengan perbedaan latar belakang kalau boleh dikatakan demikian dan perbedaaan garis waktu kemunculan yang panjang. Heraklius seorang filsuf pada era yunani era yang jauh sebelum zaman Raissenance Eropa, Tatiana seorang Marxist dengan pola pikir materialis (minimal dari keluarga ayahnya), Budha seorang pencari jawaban mengenai kehidupan sama-sama berkesimpulan. Panta Rhei.

Heraklius berkata Panta Rhei berarti biarkan hidup akan terus mengalir, Tatiana mengatakan Panta Rhei laksana sungai Digul (tempat ayah dan kakek beliau dipenjara) yang tak jemu-jemu mengalir, mengikuti ‘jalannya’ sampai ke muara-laut, dan Budha berkata pula mengenai ketidak-tetapan, suka-duka datang silih berganti dan tugas kitalah untuk menikmatinya.

Dan saya pun akan berkata “PANTA RHEI”. Biarkan ‘dia’ terus mengalir.

BOBBYFITRY

Tidak ada komentar:

Posting Komentar