Nama oom satu ini mulai tenar belakangan setelah menjadi tim sukses pasangan
Prabowo-Hatta di pilpres 2014 kemarin. Padahal nama oom ini belum setenar
sekarang ketika menjadi timses pasangan Mega-Prabowo pada pilpres 2004 lalu.
Nah terakhir-terakhir ini si oom Fadli Zon akhirnya sukses menjadi salah satu
wakil ketua DPR.
Ketika saya buka-buka lagi buku “Pak Harto: The Untold Stories”
edisi ekonomis dari Mahpudi, et all, ternyata si oom Fadli juga memberikan
kisah-kisahnya dengan pak Harto presiden kedua Republik Indonesia. Dengan judul
“bukan pemimpin biasa” .
Beliau (oom Fadli) bercerita menjadi salah satu mahasiswa
yang menekan pemerintahan presiden Soeharto ketika saat itu sedang
santer-santernya angin glasnost dan perestroika yang menerpa Uni Soviet. Uni
Soviet yang marxist saat itu (medio 80an akhir) melakukan reformasi di bidang
ekonomi, administrasi pemerintahan dan media massa, tapi malah kebablasan
sampai meng-keping-kepingkan negaranya sendiri dan negara satelitnya.
Kembali ke oom Fadli, beliau mengakui bahwa saat di kampus
beliau termasuk mahasiswa yang aktif mengoreksi pemerintahan yang sedang berjalan
karena mengganggap peranan militer (ABRI) dan birokrasi sudah terlalu jauh. Lantang
mengoreksi pemerintah, didukung hangat-hangatnya reformasi di soviet dan negara
satelitnya kala itu. Namun, setelah berjalannya waktu dan mengenal lebih dekat
dengan Pak Harto beliau mulai melunak. Di kisah yang ditulisnya Oom Fadli juga
terang-terangan mengutuk IMF (International Monetary Fund) yang memberikan
diagnosis salah terhadap perekonomian Indonesia. Subsidi dicabut, nilai tukar
rupiah dibiarkan mengambang, berdampak mahalnya harga dan akhirnya menjadi
chaos 1998.
Pandangannya mengenai IMF ini saya pribadi juga sangat
setuju dengan si oom ini, IMF adalah salah satu lembaga “malaikat” dengan
memberikan bantuan dana bagi negara yang membutuhkan, sayangnya bantuan
tersebut disertai syarat-syarat yang harus dijalankan oleh negara penerima
tanpa melihat secara khusus kebutuhan negara yang bersangkutan. Semua pukul
sama rata. Akhirnya, bukannya mereda, krisis ekonomi malah bertambah dan
bertranformasi menjadi krisis-krisis lain (diantaranya krisis moral masyarakat
dan krisis keinginan dis-integrasi) yang akhirnya mempersakit Indonesia di awal millenium baru.
Perkara IMF ini juga ada catatan aneh, salah satunya adalah
IMF pernah “mengemis” pada negara-negara yang pernah dibantunya. Disuruh urunan
1 juta dolar US untuk setiap negara agar bisa membantu perekonomian Eropa dan
Amerika yang lesu karena krisis global perumahan dahulu itu looo. Aneh bin
ajaib, negara-negara Eropa juga Amerika yang maju dan mengagung-agungkan azas laisse-freire dalam perekonomiannya
selama berabad-abad itu harus “mengemis” lewat tangan IMF kepada negara
berkembang. Untungnya, pada pemerintahan SBY akhirnya Indonesia keluar dari
keanggotaan IMF. Apakah pemerintahan yang baru mendatang akan masuk kembali ke
IMF? Ataukah IMF akan berubah bentuk menjadi organisasi baru namun tetap
mengajukan syarat-syarat “brengsek” ketika memberikan bantuan kepada negara
penerimanya? Saya berharap pemerintahan baru mendatang sangat berhati-hati terhadap
setiap organisas seperti ini. Hati-hati looo pak Jokowi, jangan suka dibisiki
atau disuruh begini-begono dengan seseorang. Hi..hi..hi
Setelah Pak Harto Lengser, oom Fadli ini pun masih dekat
dengan beliau. Beberapa kali oom Fadli membuat buku mengenai pak Harto
(kapan-kapan saya cari aah!!). Mengetahui segala hujatan yang ditujukan kepada
pak Harto dan menjadi saksi beberapa rakyat yang masih kangen dengan presiden
Indonesia kedua ini.
Dari cerita saya diatas, dapat dibuat sebuah hipotesa atau
gambaran. Oom Fadli mengagumi pak Harto sekaligus kagum dengan langkah-langkah
beliau di bidang ekonomi dan pemerintahan, meskipun ada beberapa diantaranya yang
harus direvisi.
Setelah kali ini menjadi salah satu wakil DPR apakah Oom ini dan fellowshipnya akan menggerakkan haluan
Republik ke arah kebijakan mirip orde baru? Waktu yang akan menjawab, selama
lima tahun kedepan dari tahun ini (2014). Menjadi oposisi adalah sebuah
keniscayaan untuk DPR pada pemerintahan yang akan datang jika melihat track
record partai penguasa mendatang yang sebenarnya juga pernah berkuasa pada awal-awal reformasi, partai ini dan
pemimpinnya kebanyakan membuat peraturan yang “kurang berkenan” terhadap wibawa
Indonesia. Tak perlu saya kasih contoh yaaa. Indosat!! Eh kelepasan :v.
Saya pribadi sebenarnya bukan orang yang suka menghujat Orde
Baru, karena dari beberapa data dan cerita orang-orang tua, di bidang
perkembangan pembangunan dan keamanan, pemerintahan ini terbilang sukses ~Iseh
enak jamanku too?~. Diluar adanya pelanggaran HAM, pemerintahan otoriter, dan
lain-lain. Banyak juga hal baik terjadi pada masa ini sampai Indonesia
mendapatkan penghargaan karena swasembada beras sekaligus menjadi salah satu
“macan asia” pada era 80 sampai 90an.
Tengok!, padahal orde baru dimulai tahun 1965-1966 an dan
baru mendapatkan hasil “tanaman”nya pada era 80 akhir dan 90an awal. 25 tahun
lebih baru dapat hasilnya. Dibutuhkan kesabaran pemimpin disertai pembangunan
yang berkesinambungan bukan? Pengennya saya sih semoga Republik Indonesia dapat
meniru stabilitas, keamanan, dan pembangunan ekonomi di masa orde baru. Tetapi
bukan berarti semua pada masa orde baru adalah yang terbaik, harus ada beberapa
hal yang direvisi. Di Reformasi pun selain hal baik ada banyak juga yang jelek,
kasih contoh sebagian saja deh, di televisi tuh buanyak tayangan-tayangan
“sampah” kurang layak ditonton, salah satu hasil anak reformasi yang bertengger
pada kebebasan berekspresi.Preettt.
Ada catatan kecil lagi, fotonya oom Fadli Zon di buku ini
bersama pak Harto masih kurus dan imoet-imoet. Tapi sekarang setelah merried, punya anak, dan (mungkin)
uangnya banyak, Om Fadli bertranformasi menjadi
subur bener. Mungkinkah Saya nanti juga demikian? Ho..ho..ho :D. Semoga
semakin sukses kedepan yah oom.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar