Kenapa yah saya kurang suka kalau memakai motor berjenis matic. Aneh saja rasanya pakai motor tanpa gigi persneling ini, kadang-kadang mesin dah nggereng tapi laju motornya kurang sesuai dengan keinginan :(. Gara-gara si vega ditawar oleh teman bapak buat dipakai ngojek, sehingga beberapa hari ini Saya bercerai dengan si vega yang berjenis bebek dan “terpaksa” menggunakan si beat pink tahun 2010 lungsuran motor adik Saya si Siska. Sebenarnya ada juga si megipret (NMP tahun 2013) yang merupakan motor berjenis sport yang Saya suka, tetapi karena rasa penasaran kenapa matic menjadi barang yang sangat laku mengalahkan penjualan motor bebek pada tahun-tahun belakangan ini, jadinya Saya coba-coba saja menggunakannya, timbang nganggur lagi tuh motor.
Impresi pertama menggunakan motor matic ini kok terasa
kurang nyaman yah. Masih pol-polan enak pake motor sport (tentu saja :# bedo
adoh yaaa). Motor sport dengan kopling sangat enak dipakai menurut saya,
pokoknya jika cuman ngangkut satu atau
dua orang tanpa barang berlebih yang membutuhkan space besar, pastinya kekuatan
motor sport dalam mengatasi jalan-jalan yang datar ataupun agak ekstrim di
daerah si eneng Fita di daerah cemorokandang amat sangat mumpuni. Motor bebek
macam si vega pun dalam penilaian saya sangat enak untuk digunakan dalam
jalan-jalan datar dan jalan agak ekstrim, keuntungan motor bebek adalah motor
ini dapat membawa barang yang lebih banyak karena mempunyai space yang lebih
besar dibandingkan dengan motor berjenis sport. Lah matic, hadeehh menurut saya
mengecewakan, jangan lagi dibandingkan masalah impresi (kecepatan/kuat nanjak)
yang sudah pasti kalah dibandingkan dengan motor sport atau motor bebek, dalam
hal konsumsi bbm pun menurut saya motor ini sangat boros.
Sepertinya semua motor berjenis matic apalagi jika masih menggunakan karburator konsumsi bbmnya sangat deras. Dari rumah saya di singosari untuk menuju ke rumah si eneng di daerah cemorokandang (pulang-pergi) saja bisa-bisa menghabiskan bbm sebanyak 1 sampai 1,5 liter, ini masih sangat boros jika dibandingkan dengan si megipret dan vega saya. Kalaulah ada yang bilang mungkin itu karena si beat yang saya gunakan ini kurang perawatan, mungkin saja iya, tetapi matic lain yang pernah saya pakai adalah mio putih (tahun enggak tahu) karbu punya si eneng yang saya kira juga 11-12 dalam hal konsumsi bbmnya. Dulu pernah sekali atau dua kali saya gunakan dari cemorokandang ke wilayah pakis dipakai goncengan berdua, dan itupun konsumsi bbmnya juga boros dibandingkan dengan megipret dan vega yang saya miliki. Kalau begitu kenapa pakai mio? Sebenernya sih bukan masalah apa-apa, karena megipret yang sport itu goncengannya agak tinggi jadinya si eneng yang pakai baju terusan dan rok panjang agak kesulitan naik (dulu-dulunya pas pertama-pertama naik, saiki wis biasa :#) karena agak kesulitan jadinya motornya diganti saja dengan motor mionya si eneng. Tapi untuk masalah space yang besar untuk bawa-bawa barang yang buanyak, jangan ragukan kemampuan matik, buat belanja ataupun pernah ada yang bawa beberapa ayam yang diikat, anak kambing ataupun kambing remaja tinggal taro di dek, aman deh dibawa sampai ke rumah
Namun, karena pengalaman saya dengan matic yang kebanyakan kurang
begitu menyenangkan dan kurang positif mungkin itu yang membuat saya agak “parno”
ketika menggunakan matic ini, jika tidak terpaksa dan tidak ada pilihan lain
maka saya akan menggunakan matic, itupun dengan tingkat kehati-hatian yang
diatas standar dibandingkan ketika menggunakan motor bebek atau sport dan tentu
saja dengan kecepatan yang 11-12 dengan kuro-kuro :3.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar