Kegiatan Membaca, khusunya
membaca buku adalah kegiatan yang menurut Saya sangat mengasyikkan. Buku
mungkin pada saat ini barang yang agak jadul yah, karena banyak buku-buku yang
sekarang berbentuk file multimedia semacam pdf atau djvu, namun bagi Saya
membaca buku yang paling asyik adalah buku biasa yang berbentuk fisik sebuah
buku. Yokpo karepe? Maksudnya Buku yang paling Saya sukai adalah buku yang
terdiri dari berlembar-lembar kertas dan halaman seperti lazimnya buku jadul
itu, yang bisa ditekuk-tekuk, dan jarang bikin pedas di mata.
Sepertinya hobi membaca buku Saya
ini gara-gara terpengaruh oleh ibu Saya yang dahulunya adalah salah seorang
yang menyukai buku, sekarang ibu malah jarang (atau bahkan tidak sempat) membaca
buku, beliau lebih suka melihat televisi. Semenjak kecil Saya dilangganani
majalah Bobo, sebuah majalah anak-anak yang cukup terkenal pada masa itu.
Majalah Bobo di mata Saya sewaktu kecil adalah majalah yang benar-benar bagus, bahkan beberapa cerpennya sampai
sekarang masih Saya ingat. Ada sebuah cerpen yang menceritakan tentang keikhlasan seorang anak bernama
Martha yang membantu sesorang dengan memberikan pakaiannya kepada anak yang
sedang tertimpa musibah kebakaran dan menginap di rumahnya. Martha yang semulah
“ogah-ogahan” akhirnya memberikan sebagian pakaiannya kepada anak tersebut, tak
berapa lama Martha mendapat “berkat” dengan menerima pakaian yang dibelikan
oleh tantenya yang jarang pulang ke rumah. Tante tersebut memberikan pakaian
baru yang lebih banyak untuk Martha dan keluarganya. Mama si Martha pun memberi
petuah kepada Martha ~ ikhlas dalam memberi akan mendapat balasan yang lebih
baik dari Tuhan. Cerita ini sungguh indah dan sampai saat inipun masih Saya
ingat.
Meningkat dari Bobo mulai membeli
novel anak-anak agar bisa awet dibaca saat liburan sekolah, kisah yang paling
seru adalah detektif . Pilihan Saya jatuhkan kepada “Lima Sekawan”nya Enid
Blyton, memilih novel inipun gara-gara terpengaruh ibu yang katanya dahulu
pernah punya koleksi novel itu. Dan ternyata, woilaaa..... novel ini memang
sangat bagus. Cerita yang Saya miliki dari novel ini pertama kali berjudul “Ke
Bukit Billycock”, sampai saat ini Saya masih ingat ketika Lima Sekawan melakukan
perjalanan dari rumah ke Bukit Billycock mereka melewati padang rumput dengan
pagar-pagar kayu dan bunga-bunga mentega yang tertiup-tiup angin. Melihat
kalimatnya lalu dibayangkan, hemmbbbb.... benar-benar suasana yang sangat
indah. Bersepeda berempat bersama saudara dan sepupu ditemani anjing mereka
“Timmy” yang berlari-lari mengikuti ayunan pedal sepeda, melewati dataran hijau
di daerah Inggris yang dibatasi oleh pagar-pagar bambu, diseberang pagar kayu
bunga-bunga berwarna kuning mentega bergoyang-goyang tertiup angin sementara di
kejahuan ladang tampak bintik-bintik kecil biri-biri yang sedang merumput di
bukit hijau landai. Asyyiik.
Gara-gara kalimat-kalimat indah
Lima Sekawan nya Enid Blyton, liburan sekolah selalu rutin diisi dengan novel
ini. Beberapa waktu akrab dengan Lima Sekawan, tertarik juga pada novel “si
paling badung” juga karya Enid Blyton. Menceritakan seorang gadis kaya bernama
”Elizabeth Allen” yang sangat badung sehingga suatu ketika Ia diberangkatkan
ibunya untuk bersekolah di sekolah-asrama “Whytealeafe”, Elizabeth berujar ia
kan bertindak sangat nakal sehingga Ia akan dikeluarkan dari sekolah, namun
selama waktu berlalu, ternyata di sekolah itu Elizabeth menjadi lebih dewasa
dan sangat mencintai almamaternya. Elizabeth pun akhirnya berubah dari seorang
anak yang paling badung menjadi anak baik dan terpilih menjadi salah satu
pengawas di sekolah tersebut.
Asyiknya membaca buku adalah Kita
bisa menjadi sutradara sekaligus memilih-milih pemainnya menurut imajinasi Kita
masing-masing, tak jarang imajniasi kita juga “beterbangan” melintasi ruang dan
waktu ke tempat lain sambil membayangkan indahnya tempat tersebut.
Membaca buku juga membuat kita
haus. Haus apa? Haus dengan informasi-informasi yang terkait dan mendukung
informasi yang ada dalam buku tersebut. Ada salah satu buku lokal Indonesia
yang menurut Saya termasuk kelas masterpiece, Ia adalah buku “Atheis” karya Achdiat
Karta Mihardja terbitan Balai Pustaka. Perkenalan pertama dengan buku ini
sebetulnya dejavu sih, ketika itu
saya masih kelas 2 atau 3 di SMA. Cukilan kisah dari buku ini sepertinya pernah
menjadi bahan pembahasan pelajaran Bahasa Indonesia, entah itu alurnya ataupun
tokoh-tokohnya. Kalimatnya kalau tidak salah begini:
“kereta api merayap-rayap,
seakan-akan segan ditumpangi orang atheis seperti kami. Dan ketika jalannya
menanjak keluarlah keringatnya, mendesah-desah mengeluarkan uap dan asap,
seakan-akan memeras tenaganya untuk maju terus.
Aku tertunduk di sudut gerbong.
Sedang Anwar tak tentu lagi duduknya. Berpindah-pindah saja seperti lalat.
Kebetulan sekali kereta itu agak lowong.”
Itulah salah satu potongan kisah dalam roman “atheis” yang ada dalam
buku paket SMA (tapi lupa kelas berapa). Setelah agak dewasa (seperti sekarang :3
gak terlalu dewasa macam si Anton, baca: tua :3) akhirnya Saya sudah bisa
membeli roman atheis tersebut. Alhamdulilah kan. Ceritanya? Karena diatas Saya
sudah katakan buku ini tergolong Masterpiece jadi ceritanya memang sangat bagus
sekali (lima bintang). Secara garis besar roman ini bercerita mengenai
kehidupan Hasan, seorang pemuda yang sedang tumbuh. Hasan berasal dari keluarga
yang sangat taat beragama. Namun, hidup Hasan mulai berubah ketika Ia bekerja
di Bandung dan berkenalan dengan Kartini dan Rusli. Kedua orang ini adalah
orang-orang modern di mata Hasan, Rusli merupakan teman masa kecil Hasan yang
saat ini menjadi bagian organisasi yang berafiliasi dengan ideologi Marxis. Rusli
dan Kartini mempunyai gaya hidup yang bebas di mata Hasan, meski hubungan yang
mereka katakan tak lebih dari sekedar hubungan kakak-beradik saja. Lama Hasan
bergaul dengan kedua orang ini (Rusli dan Kartini) pandangan-pandangan Hasan
mengenai ke-Tuhanan mulai berubah, Kerajinan ibadah Hasan mulai berkurang, ia
mulai meninggalkan perintah agamanya dan
bergabung dengan Rusli dan Kartini. Selama bergabung dengan dua orang itu,
Hasan berkenalan dengan Anwar dan teman-teman Rusli lainnya. Maka semakin
dalamlah pandangan-pandangan Hasan terhadap ideologi baru ini meninggalkan
pandangan hidup sebelumnya yang mengandalkan basis agama. Kehidupan Hasan
semakin sulit ketika perbedaan pandangan itu diketahui oleh kedua orang tuanya
yang menyebabkan ayahnya kecewa dan akhirnya meninggal dunia. Hasan akhirnya
menikah dengan Kartini, namun Hasan merasa kurang nyaman karena hubungan Kartini
dengan Anwar, Anwar adalah seorang pria penganggur yang menganggap hidup ini
dapat dilaksanakan dengan sebebas-bebasnya tanpa adanya peraturan. Suatu
ketika, karena kekalutan pikirannya sendiri Hasan menerobos jam malam jepang.
Ia seperti gila mencoba mencari-cari istrinya (Kartini) yang telah bercerai dan
diduga ada hubungan dengan Anwar. Ia pun ditembak Jepang dan dibawa ke markas
Kanpetai (Polisi Militer Jepang) disitulah Hasan mengakhiri hidupnya. Huaaa
sedih L, tetapi
sebetulnya buku ini memang bagus. Latar belakang kisahnya adalah jaman
Hindia-Belanda sampai jaman jepang akhir. Pak Achdiat mampu menceritakan
penggambaran kota Bandung yang indah dengan baik sekali, jadinya Saya yang
membaca seolah-olah ikut berpetualang bersama Hasan, Rusli dan Anwar. Kalau
teman-teman suka membaca, roman ini patut menjadi salah satu koleksi di rak
buku. Benar-benar gak rugi deh. Nanti saja secara lengkap buku ini Saya buat
artikel sendiri, buku-buku lain (next project) yang mau Saya cari karena dejavu
pernah baca lainnya adalah: Senyum Karyamin (cerpen atau kumpulan cerpen),
Robohnya Surau Kami (Cerpen-Kumpulan cerpen) dan Harimau!..Harimau! (pengarang Mochtar
Lubis).
Eh, sebagai penutup artikel ini,
Saya kasih tahu rahasia yah. Hahaha. Kalau teman-teman tinggal di daerah Malang
Kota atau Kabupaten Malang dan senang dengan buku-buku novel. Beli deh di Toko
Buku TogaMas-Dieng setiap hari Senin awal dan akhir bulan. Kalau niat mau beli
novel atau buku cerita, lingkar-lingkarin saja tanggalan setiap senin awal dan
akhir bulan. Dapet diskon tambahan loo. Asyyik kan :3. Si Ayu (Ayu puspitaningrum)
adik angkatan Saya juga kerja disana, pernah tak gudo dia agar 500rb gaji bulanannya ditukar saja dengan buku wong
dia kerja di toko buku. Hwkwkwkw. And
then, Semoga hobi membaca Saya ini
sampai nanti terus berkembang, sampai punya keluarga dan punya anak sendiri
nantinya, pokoknya buku adalah salah satu kebutuhan. Direwang-rewangi nabung deh
entar biar bisa beli buku per bulan sama susu anak. Cheeeers :3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar