Jumat, 15 Agustus 2014

Catatan Kisah: Sepatu New Balance Buatan Vietnam


Kemarin dulu, Saya diberi sepatu oleh Bapak untuk mengganti sepatu putih kesayangan Saya bermerek Filativa yang sudah uzur tapi semakin nyaman dipakai jalan-jalan. Sepatu penggantinya berjenis sepatu olahraga dengan merek New Balance (Wihii...... apanya power balance yaa).

Sepatu ini diberi oleh kantor Bapak untuk digunakan olahraga setiap Jumat, nah pas itu Bapak juga sudah beli sepatu Reebook pilihannya sendiri. Jadinya Saya yang ketiban durian runtuh, ujug-ujug gak ada hujan gak ada angin dapat sepatu olahraga baru. Alhamdulilah toh. Pertama-tama dilihat adalah mereknya yang kurang familiar di masyarakat. Atau Saya saja ndeso sehingga  jarang dengar sepatu merek New Balance ini, kalau Nike atau Reebook itu kan familiar atau merek Puma kan sedikit-sedikit tahu. But What’s New Balance?

Liat-liat di internet ternyata merek sepatu ini berasal dari Boston dan termasuk jenis sepatu olahraga khususnya untuk atletik. Sip-sip, enak buat lari-lari dong (jadi ingat Boston Marathon). Kata wikipedia bahasa inggris, merek sepatu ini juga menyeponsori klub olahraga Meulbourne di Australia sana. Wah-wah mungkin merek sepatu ini lumayan tenar di Amerika dan Australia, tak tahu juga Saya. Dan katanya dalam sepatu New Balance ini si produsen akan membentuk budaya baru dan murni yang dinamakan dengan budaya kaum muda. Wihhiiii berarti teman Saya si Anton (Anton Widyanto) gak boleh pake sepatu ini dong, kan bukan termasuk youth dia. Hwkwwkwk.

Dilihat-lihat di dalam sepatu ada tulisan fabrique in Vietnam. Hebat, sepatu ini ternyata buatan negeri marga nguyen tapi sayangnya agak kasar finishingnya apalagi jahitan di sisi-sisi atas sampai kelihatan busanya. Namun  secara keseluruhan masih keren kok dengan warna biru metalik dicampur dengan abu-abu. Solnya juga tebel dan keset ketika menapak, yah pokoknya bagus dan nyaman kalau dipakai. Dikasih lagi, Alhamduliah banget jadinya.


Tapi sepatu ini termasuk jarang Saya pakai, dulu pernah sekali atau dua kali Saya pakai buat jalan-jalan sehabis itu dicuci, terus dimasukkan ke kardus lalu disimpan sampai sekarang. Kalau buat jalan-jalan atau main-main, Saya masih senang dengan sepatu lama Saya si Filativa putih yang nyaman meskipun sudah berumur 4 tahunan. Sepatu sepantaran dengan Filativa putih adalah Filativa hitam-putih punya Siska (Siska Dyah) adik Saya yang sudah dibuang, Siska sendiri juga kemproh memakainya sehingga sepatunya tidak awet. Salah sendiri dong bukan salah sepatunya. Tapi kalau Saya mau jalan-jalan touring atau main-main yang agak jauh dengan motor, Saya selalu memakai sepatu kulit hitam tampang koboy tanpa tali-temali. Untuk sepatu ini nantilah Saya buat artikel sendiri. Pokoknya kereeen deh, sampai-sampai kalau Saya ke daerah Si Eneng Fita yang masih ijo royo-royo dengan memakai sepatu koboy ini, berasa seperti juragan sapi yang untung gede karena menjual sebagian besar sapi-sapinya. Haha 4l4Y!!.
Always tune @ bobbyykzir.blogspot.com J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar