Di
jurusan Akuntansi FEB UB (Universitas Brawijaya) yang menggunakan pola pikir
pendekatan ilmu Ekonomi dengan metode multiparadigma, pendekatan ekonomi tidak
hanya dilihat dari segi bisnis dan tekniknya, melainkan juga dapat didekati
dengan ilmu lain. Tidak salah multiparadigma ini telah melahirkan anak-anak
Akuntansi dengan pendekatan-pendekatan yang terkadang tidak umum (atau aneh-aneh
?); Akuntansi dalam proses resepsi pernikahan, Akuntansi dengan ideologi
Pancasila, Akuntansi dengan pendekatan pemikiran agama. adalah salah satu
contoh ilmu-ilmu peranakan yang lahir dari jurusan ini. Jurusan Akuntansi FEB UB
tidak pernah menghalangi pemikiran-pemikiran baru yang segar terkait dengan
Akuntansi. Contohnya saja ketika Mahasiswa, Saya yang saat itu tergila-gila
dengan Karl Marx dan ideologi Marxistmenya, langsung membuat judul makalah untuk
tugas Saya “Akuntansi Marxistme” dengan tambahan sub-judul ”Paradigma Kritis Politik-Ekonomi”.
Benar-benar wahhh!! judulnya.
Sama seperti judulnya, Akuntansi Marxistme
dalam pemikiran Saya yang mengembara, Saya jadikan sebagai peran “antagonis”
yang bersebrangan dengan musuh besarnya yakni Akuntansi “murni” yang merupakan
anak dari ideologi Kapitalisme. Dalam
pengembaraan pikiran Saya ketika itu, Saya umpamakan Indonesia yang menggunakan
dasar Marxistme sebagai ideologi utamanya. Dengan menggunakan dasar Marxistme
sebagai ideologi utama, maka tidak ada kepemilikan pribadi dan kepemilikan
swasta. Maka tidak ada lagi Aset milik Swasta, semua milik Republik Rakyat
Indonesia (Nama yang Saya berikan kepada Indonesia di makalah Saya).
Persamaan
dasar pencatatan Akuntansi yakni; ASET=KEWAJIBAN+EKUITAS masih saya gunakan
sebagai dasar pencatatan Akuntansi Marxistme Saya. Karena dilihat dari persamaan
diatas, masih sangat relevan jika dianggap sebagai berikut: Akun ASET saya
umpamakan sebagai Akun keluaran (output)
sedangkan Akun Kewajiban dan ekuitas adalah akun masukan (input) yang merupakan sumber-sumber pemasukan perusahaan. Secara
umum Saya juga masih menggunakan pencatatan akuntansi secara Akrual (Accrual system) yang berarti mencatat ketika terjadinya
transaksi, berbeda dengan pencataan dengan metode kas (cash system) yang berarti Saya mencatat bukan ketika terjadi
transaksi yang kemungkinan mempengaruhi posisi keuangan perusahaan, melainkan
mencatat ketika Saya telah menerima Kas.
Aset
dan Kewajiban menjadi pos biasa yang tidak berbeda dengan Akuntansi “murni”
hasil didikan dari kapitalisme. Sedangkan akun ekuitas adalah akun yang sangat
berbeda dikarenakan tidak ada kepemilikan lain selain kepemilikan milik negara.
Berarti hanya ada satu pihak yang berada di akun Ekuitas tersebut, yakni
Republik Rakyat Indonesia. Sama seperti kepemilikan perusahaan perseorangan
namun perseorangan tersebut diganti dengan negara yang mengurusnya seorang
diri. Lucu bukan? Selain nilai-nilai moral marxistme yang Saya harapkan
berkembang di masyarakat, pada masa tersebut dalam masa pengembaraan pemikiran
Saya. Semua keluaran yang masuk kategori Aset merupakan kepunyaan negara dan
negara berhak meminta pinjaman kepada bank-bank ataupun pihak-pihak yang
bermodal dengan menggunakan akun kewajiban, namun tidak boleh ada yang
menggeser kepemilikan negara dalam perusahaan tersebut. Cukup aneh dan mungkin
hanya bisa dicapai dalam utopia (mimpi
tertinggi) kehidupan setiap orang-orang marxist atau sosialis saja.
Catatan
yang Saya berikan dalam makalah itu adalah Marxistme ketika itu sudah mengakar
dan berjalan seiring-sejalan dengan kehidupan Republik Rakyat Indonesia.
Revolusi itu melahirkan sebuah dunia baru dengan rakyat dan budaya yang Marxist oriented. Akuntansi “murni”
sebagai peranakan ilmu dari upaya dan budaya Kapitalisme untuk melakukan
pencatatan dan pelaporan proses bisnis yang baik akan digantikan dengan
Akuntansi Marxistme yang juga mempunyai “tugas pokok” serupa, namun dalam
atmosfer kehidupan Marxistme. Ketika Saya baca-baca sekarang makalah itu
ternyata lucu juga yah. Yahh,,,yah itulah salah satu catatan kisah kehidupan
yang memang harus kita jalani. Kalau dipikir-pikir sekarang apakah tulisanSaya
mengenai Akuntansi Marxist itu relevan dan dapat diaplikasikan di dunia ini,
entahlah. Tetapi proses pengembaraan pikiran dan proses brainstroming di pikiran itulah yang menyenangkan dan ngangenin sampai sekarang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar