Jumat, 15 Agustus 2014

Akuntansi Marxistme, Paradigma Kritis Politik-Ekonomi


Di jurusan Akuntansi FEB UB (Universitas Brawijaya) yang menggunakan pola pikir pendekatan ilmu Ekonomi dengan metode multiparadigma, pendekatan ekonomi tidak hanya dilihat dari segi bisnis dan tekniknya, melainkan juga dapat didekati dengan ilmu lain. Tidak salah multiparadigma ini telah melahirkan anak-anak Akuntansi dengan pendekatan-pendekatan yang terkadang tidak umum (atau aneh-aneh ?); Akuntansi dalam proses resepsi pernikahan, Akuntansi dengan ideologi Pancasila, Akuntansi dengan pendekatan pemikiran agama. adalah salah satu contoh ilmu-ilmu peranakan yang lahir dari jurusan ini. Jurusan Akuntansi FEB UB tidak pernah menghalangi pemikiran-pemikiran baru yang segar terkait dengan Akuntansi. Contohnya saja ketika Mahasiswa, Saya yang saat itu tergila-gila dengan Karl Marx dan ideologi Marxistmenya, langsung membuat judul makalah untuk tugas Saya “Akuntansi Marxistme” dengan tambahan sub-judul ”Paradigma Kritis Politik-Ekonomi”. Benar-benar wahhh!! judulnya.

 Sama seperti judulnya, Akuntansi Marxistme dalam pemikiran Saya yang mengembara, Saya jadikan sebagai peran “antagonis” yang bersebrangan dengan musuh besarnya yakni Akuntansi “murni” yang merupakan anak dari ideologi  Kapitalisme. Dalam pengembaraan pikiran Saya ketika itu, Saya umpamakan Indonesia yang menggunakan dasar Marxistme sebagai ideologi utamanya. Dengan menggunakan dasar Marxistme sebagai ideologi utama, maka tidak ada kepemilikan pribadi dan kepemilikan swasta. Maka tidak ada lagi Aset milik Swasta, semua milik Republik Rakyat Indonesia (Nama yang Saya berikan kepada Indonesia di makalah Saya).

Persamaan dasar pencatatan Akuntansi yakni; ASET=KEWAJIBAN+EKUITAS masih saya gunakan sebagai dasar pencatatan Akuntansi Marxistme Saya. Karena dilihat dari persamaan diatas, masih sangat relevan jika dianggap sebagai berikut: Akun ASET saya umpamakan sebagai Akun keluaran (output) sedangkan Akun Kewajiban dan ekuitas adalah akun masukan (input) yang merupakan sumber-sumber pemasukan perusahaan. Secara umum Saya juga masih menggunakan pencatatan akuntansi secara Akrual (Accrual system)  yang berarti mencatat ketika terjadinya transaksi, berbeda dengan pencataan dengan metode kas (cash system) yang berarti Saya mencatat bukan ketika terjadi transaksi yang kemungkinan mempengaruhi posisi keuangan perusahaan, melainkan mencatat ketika Saya telah menerima Kas.

Aset dan Kewajiban menjadi pos biasa yang tidak berbeda dengan Akuntansi “murni” hasil didikan dari kapitalisme. Sedangkan akun ekuitas adalah akun yang sangat berbeda dikarenakan tidak ada kepemilikan lain selain kepemilikan milik negara. Berarti hanya ada satu pihak yang berada di akun Ekuitas tersebut, yakni Republik Rakyat Indonesia. Sama seperti kepemilikan perusahaan perseorangan namun perseorangan tersebut diganti dengan negara yang mengurusnya seorang diri. Lucu bukan? Selain nilai-nilai moral marxistme yang Saya harapkan berkembang di masyarakat, pada masa tersebut dalam masa pengembaraan pemikiran Saya. Semua keluaran yang masuk kategori Aset merupakan kepunyaan negara dan negara berhak meminta pinjaman kepada bank-bank ataupun pihak-pihak yang bermodal dengan menggunakan akun kewajiban, namun tidak boleh ada yang menggeser kepemilikan negara dalam perusahaan tersebut. Cukup aneh dan mungkin hanya bisa dicapai dalam utopia (mimpi tertinggi) kehidupan setiap orang-orang marxist atau sosialis saja.

Catatan yang Saya berikan dalam makalah itu adalah Marxistme ketika itu sudah mengakar dan berjalan seiring-sejalan dengan kehidupan Republik Rakyat Indonesia. Revolusi itu melahirkan sebuah dunia baru dengan rakyat dan budaya yang Marxist oriented. Akuntansi “murni” sebagai peranakan ilmu dari upaya dan budaya Kapitalisme untuk melakukan pencatatan dan pelaporan proses bisnis yang baik akan digantikan dengan Akuntansi Marxistme yang juga mempunyai “tugas pokok” serupa, namun dalam atmosfer kehidupan Marxistme. Ketika Saya baca-baca sekarang makalah itu ternyata lucu juga yah. Yahh,,,yah itulah salah satu catatan kisah kehidupan yang memang harus kita jalani. Kalau dipikir-pikir sekarang apakah tulisanSaya mengenai Akuntansi Marxist itu relevan dan dapat diaplikasikan di dunia ini, entahlah. Tetapi proses pengembaraan pikiran dan proses brainstroming di pikiran itulah yang menyenangkan dan ngangenin sampai sekarang


Tidak ada komentar:

Posting Komentar